SIFATILMU ALLAH - Sifat Ilmu Allah - tahun 5 - SIFAT WAHDANIYYAH - DALIL SIFAT WAHDANIYYAH - اَلأَعْدَادُ وَالْأَرْقَامْ (NOMBOR) - SIFAT-SIFAT ALLAH ( SAMA' ) Sifat wajib Allah: Sifat Ilmun Perkataan yang hilang. oleh Qamarulariffin0. Sifat-Sifat 20 Allah Carian perkataan. oleh G72034002 *Kuiz Sifat-sifat Allah
Allahmenyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Surat Hud ayat 24
o8FZ7. JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUOleh Ustadz Abu Ismail Muslim AtsariAllâh Azza wa Jalla telah mengutus para Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq. Dan merupakan kewajiban para Rasul untuk menyampaikan agama kepada umat mereka masing-masing. Demikian para ulama pewaris para Nabi, mereka berkewajiban menjelaskan isi kitab suci kepada umat, tanpa menyembunyikannya. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُDan ingatlah, ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab yaitu “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya!” [Ali-Imrân/3187]Oleh karena itu menyembunyikan ilmu menyelisihi perjanjian ulama dengan Allâh, bahkan merupakan dosa besar sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, karena pelakunya akan mendapatkan laknat. Imam adz-Dzahabi rahimahullah memasukkan perbuatan menyembunyikan ilmu di dalam kitabnya, Al-Kabâir, dalam urutan dosa besar ke SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM TIDAK MENYEMBUNYIKAN ILMU Oleh karena itu, sebagai panutan umat, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyembunyikan ilmu sama sekali. Para sahabat Beliau banyak memberikan kesaksian tentang hal ini, bahkan orang-orang dekat Beliau. Inilah Aisyah Radhiyallahu anhuma Ummul Mukminin, istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bersaksi untuk Beliauعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَقَدْ كَذَبَ وَاللَّهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْآيَةَDari Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata “Barangsiapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu yang telah diturunkan oleh Allâh kepada Beliau, maka dia telah berdusta, Karena Allâh Azza wa Jalla berfirman Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu’ al-ayat Al-Mâidah/567. [HR. Bukhâri, no. 4612]Demikian juga, sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, pembantu Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam memberikan kesaksiannyaعَنْ أَنَسٍ قَالَ جَاءَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ يَشْكُو فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ وَأَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ قَالَ أَنَسٌ لَوْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَاتِمًا شَيْئًا لَكَتَمَ هَذِهِ Dari Anas, dia berkata “Zaid bin Haritsah datang mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , maka Beliau bersabda kepadanya “Bertakwalah kepada Allâh dan tahanlah terus isterimu”. Anas berkata “Seandainya Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari al-Qur’an pasti beliau telah menyembunyikan ini”. [HR. Bukhâri, no. 7420]MENYEMBUNYIKAN AL-HAQ ADALAH SIFAT AHLI KITAB Di dalam kitab suci al-Qur’an, Allâh Azza wa Jalla mencela ahli kitab atas sikap mereka yang suka menyembunyikan al-haq, Dia berfirmanيَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَHai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? [Ali-Imrân/371]Di antara kebenaran yang mereka sembunyikan adalah tentang berita akan datangnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di dalam kitab suci mereka. Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui membongkar perilaku mereka dengan firman-Nyaالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَOrang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. [Al-Baqarah/2146]BAHAYA MENYEMBUNYIKAN ILMU Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk, maka jika ilmu disembunyikan, berarti manusia berada di dalam kegelapan dan kesesatan. Karenanya Allâh Azza wa Jalla melaknat orang-orang yang menyembunyikan ilmu dengan firman-Nyaإِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ ﴿١٥٩﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُSesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allâh dan dila’nati pula oleh semua mahluk yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran, maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah/2159-160]Karena khawatir terhadap ancaman yang terkandung di dalam ayat ini, maka Abu Hurairah giat menyebarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. [HR. Al-Bukhâri, no. 118]Selain itu, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan bahaya menyembunyikan ilmu agama yang harus disampaikan kepada umat sebagaimana hadits berikut iniعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَحْفَظُ عِلْمًا فَيَكْتُمُهُ إِلَّا أُتِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ النَّارِ Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada seseorang yang hafal suatu ilmu, namun dia menyembunyikannya, kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat dengan keadaan dikekang dengan tali kekang dari neraka”. [HR. Ibnu Majah, no. 261; Syaikh al-Albani menyatakan tentang hadits ini Hasan ShahîhDi dalam riwayat lain disebutkanعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ Dari Abu Hurairah, dia berkata Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya, namun dia menyembunyikannya, maka dia akan diberi tali kekang dari neraka pada hari kiamat”. HR. Tirmidzi, no. 2649; Abu Dawud, no. 3658; Ibnu Majah, no. 264; dishahîhkan oleh Syaikh al-AlbaniPerkataan di dalam hadits di atas Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya’, yaitu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya; namun dia menyembunyikannya’, dengan tidak menjawab atau dengan menghalangi kitab/penulisan ilmu; maka dia akan diberi tali kekang’, yaitu di mulutnya diberi kekang/kendali, karena mulut itu adalah tempat keluarnya ilmu dan perkataan; dengan kekang dari neraka’, sebagai balasan baginya karena dia mengendalikan dirinya dengan diam. Dia diserupakan dengan hewan yang diatur dan dihalangi dari niatnya yang dia kehendaki, karena kedudukan seorang alim adalah mengajak menuju mengatakan “Ini adalah di dalam ilmu yang harus diajarkan, seperti orang kafir yang meminta penjelasan tentang agama Islam; orang baru masuk Islam bertanya tentang tata cara sholat yang telah datang waktunya; dan seperti orang yang meminta fatwa tentang halal dan haram; di dalam semua perkara ini wajib dijawab. Bukan pertanyaan dalam masalah ilmu-ilmu nafilah yang tidak wajib, yang tidak darurot/mendesak maka tidak wajib dijawab-pen”. [Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi, hadits no. 2649]PENUTUP Dengan penjelasan singkat ini, maka kita mengetahui bahwa orang yang berilmu agama berwajiban menyebarkan ilmunya dan tidak boleh menyembunyikannya. Jika dia melanggar hal ini, maka dia dilaknat oleh Allâh dan makhluk-Nya. Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Âmîn.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Rasulullah SAW pernah bersabda, "barangsiapa mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isi Al-Qur'an , maka ia telah melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar". Untuk menafsirkan kandungan Al-Qur'an, diperlukan keahlian dalam 15 bidang diketahui, Al-Qur'anul-Karim memiliki zahir dan batin. Adapun maksud zahir Al-Qur'an adalah lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh semua orang. Sedangkan Batin Al-Qur'an adalah makna atau maksud Al-Qur'an yang dapat dipahami menurut keahlian Mas'ud RA berkata, "Jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan dan renungkanlah makna-makna Al-Qur'an , karena di dalamnya terkandung ilmu orang-orang dahulu dan sekarang." Namun untuk memahaminya, seseorang harus menunaikan syarat dan adab-adabnya terlebih hanya bermodalkan pengetahuan beberapa lafaz bahasa Arab atau melihat terjemahan Al-Qur'an, seseorang berani menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri. Berikut 15 bidang ilmu yang harus dikuasai jika ingin menafsirkan Al-Qur'an .1. Ilmu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata Al-Qur'an. Mujahid RA berkata "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmu lugat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadang kala satu kata mengandung berbagai arti. Jika hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang Ilmu Nahwu tata bahasa.Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja i'rab hanya didapat dalam ilmu Ilmu Sharaf perubahan bentuk kata.Mengetahui ilmu Sharaf sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya. Ibnu Faris berkata, "jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia telah kehilangan banyak hal." Dalam Ujubatut Tafsir, Syeikh Zamakhsyari menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat Al-Qur'an yang berbunyi {يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ أُنَاسٍ بِامَامِهِم} "ingatlah pada suatu hari yang pada hari itu Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya." Surah Al Isra [17] 71. Karena ketidaktahuannya tentang ilmu Sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini "Pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka." Ia mengira bahwa kata 'imaam pemimpin yang merupakan bentuk mufrad tunggal adalah bentuk memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan mengartikan 'imaam sebagai Ilmu Isytiqaq akar kata.Mengetahui ilmu isytiqaq akan dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti kata 'masih' berasal dari kata 'masah' yang artinya menyentuh atau menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata 'masahat' yang berarti Ilmu Ma'ani. Ilmu ini sangat penting diketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dengan melihat Ilmu Bayaan. Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zahir dan yang tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan Ilmu Badi'. Ilmu yang mempelajari keindahan bahasa. Ketiga bidang ilmu di atas juga disebut sebagai cabang ilmu Balaghah yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al-Qur'an adalah mukjizat yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan Al-Qur'an dapat Ilmu Qira'at. Ilmu ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu Ilmu Aqa’id. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Kadangkala ada satu ayat yang arti zahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah. Untuk memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat yang berbunyi {يدق الله فوق إيديهم} "Tangan Allah di atas tangan mereka." Surah Al Fath [48] 1010. Ushul Fiqih. Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting, karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu Ilmu Asbabun-Nuzul. Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-musabab turunnya ayat, sehingga suatu ayat mudah dipahami. Kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun Ilmu Nasikh Mansukh. Ilmu ini mempelajari suatu hukum yang sudah dihapus dan hukum yang masih tetap Ilmu Fiqih. Ilmu ini mengkaji hukum-hukum syariat secara rinci dan akan mudah mengetahui hukum secara Ilmu Hadis. Ilmu ini perlu dikuasai untuk mengetahui hadis-hadis yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur' Ilmu Wahbi. Ilmu khusus yang diberikan kepada Allah kepada hamba-Nya yang istimewa, sebagaimana sabda Nabi SAW "Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah Ta'ala akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui".Dikisahkan dalam satu riwayat, Ali bin Abi Thalib RA pernah ditanya oleh seseorang, "Apakah Rasulullah telah memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak diberikan kepada orang lain?" Maka Ali menjawab "Demi Allah, demi Yang menciptakan surga dan jiwa. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman Al-Qur'an yang Allah berikan kepada hamba-Nya." Ibnu Adi Dunya berkata, "Ilmu Al-Qur'an dan pengetahuan yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi."Untuk diketahui, 15 ilmu di atas merupakan alat bagi para mufassir Al-Qur'an . Seseorang yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu lalu menafsirkan Qur'an, berarti ia telah menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. 3 Orang yang Tidak Akan Mampu Menafsirkan Al-Qur'an 1. Orang yang tidak memahami Bahasa Orang yang berbuat dosa besar atau ahli bid'ah, karena perbuatannya itu membuat hatinya menjadi gelap dan menutupi pemahamannya terhadap Al- Qur' Orang yang dalam akidahnya mengakui makna zahir nash. Jika ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan pikirannya logikanya, maka ia akan gelisah. Orang seperti ini tidak akan mampu memahami Al-Qur'an dengan A'lam Bish-Showabrhs
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salam Kompasiana, Salam Kenal kepada seluruh Jurnalis Kompasiana. Ini Tulisan pertama saya, mudah-mudahan bermanfaat. Pengertian Ilmu Tersurat Disebut juga sebagai Text Book Thinking, dimana dalil-dalil dan dasar berargumentasi ada tulisannya tersurat, baik itu di bidang Agama Qur'an, Hadis,Ijma' dan Qias, maupun di bidang science ada sumber referensinya. Ilmu Tersurat Adalah Dalil yang di gunakan tidak ada tulisannya, namun secara substansi menggambarkan Makna dari sesuatu fakta kejadian atau suatu statement, namun ada referensinya sebagai rujukan. Ilmu Tersembunyi Fakta kejadian, Fenomena dan suatu pengkajian yang tidak ada dasar tulisannya, dimana substansi peristiwa dapat di rasakan kebenarannya beberapa waktu kemudian yang saat ini tidak dapat di terima secara logika akal. Untuk menjelaskan ke tiga hal tersebut diatas, penulis memberikan suatu contoh statement "Sesama Bis Kota Di Larang Saling Mendahului" Pertanyaan Apakah Bis Luar Kota Boleh Saling Mendahului? Nah, kita tentu dengan cepat menjawab "BOLEH", karena yang di larangkan Bis Dalam Kota! Inilah yang di sebut Ilmu Tersurat. Pada hal sebenarnya Peraturan ini juga berlaku Bagi Bis Luar Kota, karena secara substansi statement tersebut menggambarkan bahwa, bila sesama bis tersebut "saling mendahului" atau kebut-kebutan akan membahayakan penumpang Bis tersebut dan juga membahayakan pengguna jalan lainnya. Lihat kata "saling", dapat di artikan kejar-kejaran. Inilah yang di sebut Ilmu Tersirat, dalil tertulis tidak ada, namun dapat di gunakan sebagai dalil atau sumber hukum. Sedangkan Ilmu tersembunyi Ilmu yang sangat tinggi, yang hanya di berikan Allah swt kepada hambaNya yang Saleh dan di CintaiNya, tidak di berikan kepada hambaNya secara umum. Jadi secara akal dan logika orang kebanyakan, apa yang sampaikan atau statement yang di ucapkannya tidak masuk akal dan logika, namun beberapa waktu kemudian bahkan beberapa tahun kemudian, barulah dapat di ketahui kebenaran apa yang di ucapkan atau tindakan hamba yang mulia tadi. Kisah ini dapat di jumpai dalam Al-Qur'an Surat Al Kahf ayat 60 dst. yaitu kisah Nabi Musa dan Saidina Khidr as. Dalam kisah tersebut Saidina Khidr membunuh anak kecil, yang sangat di protes oleh Nabi Musa atas tindakan yang di lakukan Saidina Khidr tsb. Dalam ayat ke 65 Allah swt ".....hamba Kami yang telah Kami berikan Rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami". Fenomena dalam masyarakat, sering kita menyaksikan tentang Ilmu Tersirat, Tersirat dan Tersembunyi ini, sehingga khususnya dalam bidang Agama sering terjadi perdebatan, perbedaan pendapat yang kadang-kadang masalah yang di bahas menjurus kepada pertikaian. Penulis pernah mendengar fatwa seorang Ulama sangat terkenal dan sudah wafat, mengatakan tulang babi yang di buat untuk cangkong pipa untuk merokok itu boleh, menjawab pertanyan dari seorang pemirsa pada siaran Radio RI RRI, alasan ulama tersebut " yang di larangkan daging babi" coba anda tunjukkan dalam al Quran, apakah ada di katakan tulang babi itu haram? Nah,pembaca yang saya cintai, inilah sebagai contoh betapa bahayanya, jika pola pikir kita text book thinking" berargumen hanya berdasarkan Ilmu Tersurat saja. Penulis sangat kuatir, banyak sekali dalam Al- Quran Ilmu tersurat seperti ini, Coba Bayangkan jika surat Al -Isra' ayat 32 yang berbunyi " Dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu yang buruk", di tafsirkan " yang di larangkan mendekati, sedangkan melakukannya boleh nauzubillah minzalik. Lihat Cerpen Selengkapnya